Kamis, 26 November 2009

Suami Romantis

“Aku memang bukan orang yang romantis,” kata suami saya hampir dua belas tahun lalu. Dan kata-kata itulah yang setiap tahun paling tidak ia ulangi lagi pada saya. Maklum, saya ini “si romantis berat”. Buat saya tak harus menunggu hari tertentu, ulang tahunnya atau milad pernikahan kami untuk membuatkannya puisi cinta, memberi hadiah seru atau kejutan istimewa. Buat saya, setiap saat adalah momen untuk memenangkan cintanya dengan gaya yang kalau bisa paling romantis. Karena itu si romantis ini sempat terkejut saat tak ada bulan madu usai pernikahan, saat tak ada setangkai bunga pun yang pernah ia bawakan untuk saya. Puisi cinta sebaris dua baris? Meski punya kemampuan bahasa yang luar biasa, ia tak akrab dengan puisi, apalagi menuliskannya untuk saya!
Meski demikian, Mas Tomi, suami terkasih saya itu, bukan anti romantisme. Sebenarnya paling tidak setahun sekali itu pula, ia pernah mencoba untuk memperlakukan saya secara lebih romantis dengan caranya sendiri. Kadang lewat kartu ulang tahun atau pernikahan, mengajak bertemu berdua entah di mana (ini hal paling jarang karena Faiz selalu mengintai!), dan dari cara ia berbicara dan menyentuh saya. Kebiasaannya membukakan semua pintu yang akan saya lewati, mulai dari pintu mobil, pintu rumah dan berbagai pintu yang pernah kami jumpai, sangat saya nikmati. Meski istrinya cenderung gemuk setelah menikah, ia tak lupa membawakan coklat sepulang dari luar kota atau luar negeri. Paling tidak kata: miss u, kiss u, honey, say, your guardian angel is coming, dan semacamnya, kerap ada pada setiap isi sms-nya.

“Tidak pernah bulan madu?” Tanya seorang teman.
Saya menggeleng.
“Dibuatkan sebait saja puisi?”
“Pernah, tetapi oleh lelaki lain,” saya cengengesan mengingat seorang pria kecil berusia 8 tahun yang mendedikasikan buku puisi pertamanya untuk saya..
“Dibawakan bunga?”
“Pernah oleh lelaki lain juga,” kata saya tertawa. Maksudnya Faiz.
“Kalau romantic dinner?”
Saya masih menggeleng. “Romantic dinner itu yang seperti apa?” saya balik bertanya, membuat teman saya geregetan.
Pada akhirnya semua perhatian Mas Tomi sudah saya anggap sebagai refleksi romantisme dalam dirinya. Saya tak pernah mempersoalkan dan meminta lebih. Saya sadar, saya ini seniman. Dorongan jiwa seni dalam diri bisa membuat saya berlebihan dalam urusan romantisme ini. Dan sejak dulu saya sudah berpikir tak akan mempersoalkannya. Mas Tomi adalah suami spesial dengan banyak kelebihan. Ia sangat mencintai saya dan anaknya---meski kadang sukar baginya untuk mengekspresikan hal tersebut karena ia cenderung pendiam. Ah, tapi apa yang lebih penting dari semua itu? Saya pun tak henti bersyukur pada Allah atas keberadaan Mas sebagai suami saya.
Ahad, 5 November sepulang dari rapat mendadak bersama beberapa temannya, Mas Tom mengajak saya pergi makan malam. Kali ini berdua saja, karena Faiz punya acara lain bersama para sepupunya dan tumben tak mau diganggu. Saya menanggapi ajakan mas seperti biasa. Hmm mungkin ia akan mengajak saya ke beberapa tempat yang memang lumayan sering kami kunjungi di awal bulan.
Tapi rupanya kali ini saya salah. Tiba-tiba ia menelpon sebuah tempat dan melakukan pemesanan. Di ujung pembicaraan, ia berkata pada suara di seberang telpon, “ Berdua saja, Mbak. Ya, romantic dinner bersama istri….”
O…o…saya terdiam. Akhirnya! Ke mana ia akan membawa saya? Saya sangat ingin tahu, tapi mas tenang-tenang saja.
Malam itu suami saya membawa saya ke sebuah tempat di tengah kota, tepatnya di lantai 35, di mana kami leluasa memandang Jakarta yang bermandi lampu warna-warni, dari balik jendela yang temaram. “Dalam satu jam 45 menit, kita akan memutari Jakarta,” katanya sambil tersenyum penuh arti.
Malam itu menjadi salah satu malam terindah buat saya. Kami makan bersama sambil berbicang banyak hal tentang kami, tentang Faiz dan calon adiknya, dan lain-lain. Mas sesekali memotret wajah saya yang sumringah, dalam keremangan.
Lebih dari dua jam kami berada di restoran yang terus berputar perlahan, diiringi suasana yang sangat sahdu, ditemani dua cahaya lilin. Ah, setelah hampir 12 tahun menikah, akhirnya saya tahu ini yang namanya romantic dinner! Tapi kalau pun saya tak tahu dan tak pernah merasakannya, apakah itu akan menjadi kekurangan dalam pernikahan kami? Saya tersenyum sendiri. Saya tahu pasti jawabannya: tentu saja tidak, bukan?
Ketika selesai, saya terhenyak membaca jumlah yang harus mas bayar untuk makan malam romantis lebih dari dua jam itu. Mas tersenyum, “Nggak apa, sekali-sekali, sayang….”
“Tepatnya 12 tahun sekali!” canda saya. “Kalau jadi 6 tahun sekali, atau setahun sekali masih tak apa, Mas. Yang penting jangan sering-sering…nanti kita bisa kena kangker alias kantong kering!” (Dan dalam keadaan kondisi Indonesia kayak gini? Nggak tega lah ya….)
Malam itu bulan bulat menguning. Warnanya tak sepucat biasa. Mobil kami meluncur membelah kota. Sebentar lagi tengah malam. Salah satu pria paling romantis yang dilahirkan di negeri ini harus segera kami jemput: Faiz!

Kiat Mempererat Hubungan Ayah dan Anak

Hasil riset dan para psikologi banyak yang menyatakan, interaksi yang baik antara anak dan ayah sangat mempengaruhi kecerdasan emosional seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil. Apa saja tips untuk melakukan hal itu ?

sumber: eramuslim

Hasil riset dan para psikologi banyak yang menyatakan bahwa peran ayah sangat penting dalam pertumbuhan seorang anak. Ikatan emosional antara ayah dan anak, ditentukan salah satunya oleh interaksi
antara ayah dan anak itu sendiri. Interaksi yang baik antara anak dan ayah ini, dikatakan sangat mempengaruhi kecerdasan emosional seorang anak yang membuatnya tumbuh menjadi sosok dewasa yang berhasil.

Bagaimana seorang ayah yang sibuk bekerja di luar tetap bisa mempererat dan menjalin ikatan emosional ini?

Banyak kendala yang dihadapi seorang ayah untuk meluangkan waktunya merawat anak karena kesibukan di luar.

Di bawah ini adalah tips-tips bagi Anda.

1. Persiapkan diri Anda sedini mungkin sejak istri Anda hamil

Seorang suami sudah terlibat dalam pembuahan seorang anak, yang menjadikan istrinya mengandung. Masa kehamilan selama 9 bulan ini dapat Anda gunakan untuk mempersiapkan diri Anda sebagai seorang ayah.
Berperan aktif lah Anda sebagai seorang suami sekaligus calon ayah dengan membantu kehamilan istri.

Mengikuti persiapan persalinan berupa senam, membaca buku bersama mengenai kehamilan, cara merawat bayi atau berbelanja bersama untuk menyambut kelahiran sang bayi. Bila memungkinkan temanilah istri Anda dalam persalinan. Melihat langsung perjuangan istri Anda, dan detik-detik terdengarnya tangisan bayi yang
lahir ke dunia ini, akan menambahkan rasa sayang dan kasih Anda baik kepada istri maupun anak Anda.

2. Ikut aktif merawat bayi

Sedari awal menjelang kelahiran, cobalah ikut aktif merawat bayi Anda. Salah seorang peneliti menemukan bahwa para ayah yang mulai mengganti popok, memandikan, dan mengasuh bayi mereka sejak dini, akan besar kemungkinan melakukan kegiatan semacam itu pada bulan-bulan selanjutnya.

Kebiasaan ikut aktif sang ayah dalam merawat bayi akan terbentuk. Anda akan menemukan saat-saat indah dalam masa ini. Anda bisa memandikan, mengganti popoknya, memberikan susu botol dan meninabobokan. Untuk masa awal, adalah wajar bila terjadi kesalahan-kesalahan karena yang perlu diingat merawat bayi perlu pengalaman secara langsung, penuh coba
dan memperbaiki kesalahan. So nothing to loose. Try and you'll enjoy it.

Bayi Anda akan semakin merasakan kehadiran Anda, mengenali sosok wajah Anda, suara Anda dan bau ayahnya.

Tips bagi ibu...,
biarkanlah suami Anda ikut merawat dan mengasuh dengan
gayanya sendiri, Anda bisa memberikan dukungan dan dorongan agar suami akan semakin perrcaya diri dalam merawat bayinya. Memberikan masukan dan membetulkan cara merawat akan menambah smooth.

Bagi keluarga yang mendapatkan pertolongan dari nenek atau saudara lainnya, usahakan lah jangan sampai menganggu porsi sang ayah dalam ikut aktif merawat bayi. Give him the space.

3. Bermain bersama


Ketika bayi Anda makin beranjak usia, lewatkan waktu bersama untuk bermain, membaca buku atau melakukan aktivitas yang menyenangkan bagi bayi Anda yang mulai merangkak, mulai belajar berbicara atau berjalan. Ciptakanlah permainan-permainan yang menggairahkan, yang digemari seperti kuda-kudaan, pesawat terbang atau sembunyi sembunyian.

Sesuaikanlah dengan perkembangan usia anak Anda.

Membaca, mewarnai atau melakukan keterampilan menggunting, menempel secara bersama-sama.

4. Terlibat dalam kehidupan sosial anak Anda

Ketika anak Anda mulai beranjak usia sekolah, dia akan memulai kehidupan sosial yang baru. Usahakan terlibat dalam kehidupan sosial anak Anda, dengan mengenali misalnya nama teman-temannya, dengan siapa dia bergaul, aktivitas yang dia lakukan bersama temannya atau nama guru TK/SD nya.

5. Jadilah pendengar yang baik

Kesibukan kerja terkadang membuat Anda mengabaikan cerita-cerita anak Anda. Berikan keseimbangan antar kerja dan keluarga, atau usahakan jangan membawa pekerjaan ke rumah. Luangkan waktu 5 menit saja untuk
mendengarkan celotehannya dan mengerti betul isi cerita itu.

Jangan hanya 'meng-iyakan' agar cerita anak itu lekas selesai atau mengatakan nanti ayah sedang sibuk.

Sebersit wajah kecewa akan nampak dan membuat anak akan semakin malas untuk bercerita pada anda. Akhirnya
kebiasaan bercerita dan sharing dari anak akan menghilang. Jadi jangan Anda mengeluh bila anak Anda tidak terbuka suatu hari nanti, karena kebiasaan ini dimulai dari respon Anda sebagai pendengar yang baik atau tidak.

Dengan menjadi pendengar yang baik, disamping keterbukaan, Anda akan menjadikan anak Anda dapat mengekspresikan dan cakap dalam mengungkapkan sesuatu.

6. Komunikasi yang baik

Bila Anda dinas luar atau tinggal terpisah berjauhan dengan anak Anda, usahakan lah tetap menjalin komunikasi dengan baik, melalui telepon atau chatting internet. Tunjukkan perhatian Anda, rasa sayang Anda melalui telepon, sms atau melalui surat.

Juga Anda bisa menggunakan moment ini sebagai pendewasaan bagi anak Anda. Misalnya dengan mengatakan Ayah akan pergi selama beberapa hari, ayah minta tolong yah agar Arif menjadi
anak baik dan menjaga ibu.

Anak akan merasakan dia dipercaya dan bertanggung jawab atas tugas-tugas tertentu.

7. Percayai anak Anda dan berikan kebebasan

Jadilah seorang ayah yang memberikan kebebasan dan dapat mempercayai anak Anda. Kepercayaan Anda akan menjadikan dia tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan mandiri. Janganlah mendikte dia untuk melakukan
A. Tapi cobalah memberikan dia pilihan, misalnya Arif mau A atau mau B?
Dan tetaplah membuka kemungkinan pilihan lain selama pilihan itu tidak bertentangan dengan hal prinsip.

Dari masalah yang sepele mulai dari pilihan memakai kaos kaki, baju atau memilih sekolah. Dia akan merasa dihargai dan bertanggung jawab terhadap pilihannya.

Sebagai seorang ayah, Anda bisa membimbing dan memantaunya.

8. Penuhilah sesuai kebutuhannya.

Bertambah dewasa seorang anak, akan semakin bertambah kebutuhannya, semakin beragam dan variatif. Jangan Anda paksakan dan menganggap dia masih kecil sehingga memperlakukan sebagai seorang bayi.

Mereka membutuhkan perlakuan sesuai dengan usianya.

Kebutuhan seorang bayi tentunya berbeda dengan kebutuhan seorang anak usia sekolah, juga berbeda kebutuhan anak menjelang remaja dengan kebutuhan anak usia sekolah dan seterusnya. Cobalah Anda memahami kebutuhan anak Anda, dan tidak menganggapnya sebagai your sweety selalu.

Demikianlah sedikit gambaran mengenai kiat-kiat agar Anda bisa semakin aktif berinteraksi dengan anak Anda. Jangan lewatkan masa-masa pertumbuhan itu, you won't get it back if you miss it.

Selamat menikmati menjadi ayah yang baik, bukan sembarang ayah.